Pada bulan lalu, mobil listrik Mercedes-Benz EQE tiba-tiba terbakar di parkiran bawah tanah di Seoul, Korea Selatan, merusak setidaknya 140 mobil. Pemerintah Korea Selatan kini mempertimbangkan untuk melarang kendaraan listrik (EV) di area parkir bawah tanah. Saat ini, sudah ada pembatasan yang melarang kendaraan dengan tingkat pengisian baterai (SOC) lebih dari 90% untuk memasuki fasilitas sejenis.
Dilansir Carnewschina, insiden ini menjadi pemicu kekhawatiran soal keamanan kendaraan energi baru atau New Energy Vehicle (NEV), khususnya di Tiongkok. Beberapa waktu lalu, Hotel Radisson di Distrik Xiaoshan, Hangzhou, melarang kendaraan listrik untuk parkir di area bawah tanah mereka. Selain itu, para pengkritik beranggapan kendaraan listrik Tiongkok tidak seaman kendaraan sejenis dari negara lain.
Namun, belum ada kesimpulan pasti soal keamanan kendaraan listrik. Berdasarkan data perbandingan tingkat kebakaran kendaraan listrik dengan kendaraan konvensional, hasilnya cukup beragam. Secara garis besar, kendaraan listrik memiliki risiko kebakaran lebih rendah dibanding kendaraan pembakaran internal.
Komparasi Risiko Kebakaran Kendaraan Listrik dengan Kendaraan Pembakaran Internal
Menurut artikel dari Fast Technology, insiden kebakaran kendaraan listrik menurun dari 1,85 per 10.000 pada tahun 2021 menjadi 0,96 per 10.000 pada tahun 2023. Sayangnya, sumber data tersebut tidak disebutkan. Sebagai perbandingan, tingkat kebakaran kendaraan kendaraan pembakaran internal berada di kisaran 1,5 per 10.000.
Data dari Norwegia menunjukkan bahwa insiden kebakaran pada kendaraan bensin dan diesel empat hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan listrik. Sementara itu, The Guardian melaporkan bahwa pada tahun 2022, ada 3,8 kebakaran per 100.000 kendaraan listrik atau hybrid, dibandingkan dengan 68 per 100.000 untuk semua jenis bahan bakar. Namun, data ini mencakup pembakaran yang disengaja, sehingga sulit untuk membuat perbandingan langsung.

